Mendidik Anak dengan Ci, luk… BAAA!

Tentu kita semua tahu kejadian berikut: Seorang dewasa menutup mukanya (atau matanya) dengan tangan di depan seorang bayi yang menatap dengan acuh tak acuh. Orang dewasa itu kemudian berkata, “Ci, luk…”, lalu membuka tangannya, memperlihatkan ekspresi wajah yang dilebih-lebihkan sambil bersuara agak keras, “BAAA!” Yang terjadi selanjutnya adalah respon terkejut bercampur tawa sang bayi yang membuat semua orang dewasa yang menyaksikannyapun ikut merasa senang.


“Cilukba”, atau “peekaboo” di dunia barat, bisa dikatakan adalah sebuah aktivitas yang universal. Sebuah penelitian menemukan bahwa permainan sejenis juga bisa ditemukan di Afrika Selatan, Jepang, Malaysia, Yunani, India, Iran, Brazil, dan Korea. Apa yang membuat “cilukba” menjadi kegiatan yang menyebar ke seluruh penjuru dunia?

Bagi para bayi itu sendiri, kesenangan bermain “cilukba” merupakan respon yang alamiah terhadap stimulasi indrawi; ketertarikan mereka terhadap suara-suara telah dimulai sejak mereka masih berada dalam kandungan, dan bayi juga diketahui memiliki minat khusus terhadap wajah manusia, terutama wajah orang-orang yang dikenalnya.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui hal ini, namun “cilukba” bukan sekedar permainan. Ia juga memiliki manfaatnya bagi anak dan orangtua atau pengasuh mereka:

* Membantu anak menguasai dan mengatasi kecemasannya ketika ibu (atau pengasuh) mereka tiba-tiba tidak ada.
* Sarana anak untuk mempelajari object permanence, yaitu kemampuan kognitif untuk menyadari bahwa sesuatu atau seseorang tetap ada dan tidak ‘menghilang’ atau ‘lenyap’ ketika benda atau orang itu tidak ada dalam pandangan langsung mata.
* Melatih anak mengembangkan atensi dan konsentrasi mereka; hal yang penting untuk belajar apapun.
* ‘Alat tes’ orangtua untuk mengukur perkembangan anak mereka. Pada umur 3-8 bulan, bayi sudah bisa memperhatikan dan tersenyum ketika orang dewasa menutup wajahnya; ini menunjukkan bahwa bayi sedang mengembangkan ekspektasi dan antisipasi akan apa yang terjadi kemudian. Sekitar umur 1 tahun, bayi sudah bisa memulai permainan “cilukba”-nya sendiri, kali ini dengan orang dewasa sebagai peresponnya.


Sumber:
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development: Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.

0 komentar:

Copyright © 2008 - Griya Ilmu - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template